Diskusi Santuy: Bijak Pakai Energi di Tengah Pandemi

Virus corona (covid-19) mengubah pola aktivitas masyarakat yang biasanya menghabiskan waktunya di luar rumah, kini harus melakukan semua aktifitas di dalam rumah, seperti belajar dari rumah, bekerja dari rumah, beribadah dari rumah, dan aktifitas lainnya. Mungkin kita sadar bahwa selama pandemi ini konsumsi energi secara nasional bahkan global mengalami peningkatan. Energi yang paling signifikan mengalami kenaikan adalah penggunaan energi listrik dan energi gas. Hal ini memang wajar terjadi karena banyaknya mobilitas penduduk yang dialihkan di rumah sehubungan dengan adanya kebijakan Work From Home (WFH).
Cara Menghemat Energi Saat Pandemi

Mari selamatkan bumi dari perubahan iklim dengan bijak dalam menggunakan energi, kalau bukan sekarang, kapan lagi?


Masih betah di rumah aja? Betah ngga betah tetap harus di rumah aja, demi memutus rantai penyebaran virus dan semoga saja pandemi ini cepat berlalu.

Beberapa waktu lalu saya menemukan sebuah postingan berupa foto yang memperlihatkan kondisi langit dan kualitas udara yang mulai membaik jika dibandingkan sebelum adanya pandemi. Selain itu, ada juga yang mengatakan bahwa lapisan ozon bumi kembali pulih.

Apakah itu kabar baik?

Tentu saja, apalagi bagi mereka yang bertempat tinggal di daerah dengan polusi udara yang cukup tinggi, banyak orang yang merasa senang dengan hal ini dan mereka berpikir bahwa pandemi ini telah membuat kondisi bumi menjadi lebih baik dari sebelumnya.


Namun, tahukah Anda? ada kebiasan masyarakat selama pandemi yang bisa saja berakibat buruk bagi bumi setelah pandemi ini, bahkan lebih buruk daripada virus corona itu sendiri.

Apakah itu?

Adalah penggunaan energi yang berlebihan secara terus-menerus di tengah pandemi. Kok bisa? mari kita diskusikan dibawah ini...

Cara Menghemat Energi Saat Pandemi

Virus corona (covid-19) mengubah pola aktivitas masyarakat yang biasanya menghabiskan waktunya di luar rumah, kini harus melakukan semua aktifitas di dalam rumah, seperti belajar dari rumah, bekerja dari rumah, beribadah dari rumah, dan aktifitas lainnya.

Mungkin kita sadar bahwa selama pandemi ini konsumsi energi secara nasional bahkan global mengalami peningkatan. Energi yang paling signifikan mengalami kenaikan adalah penggunaan energi listrik dan energi gas. Hal ini memang wajar terjadi karena banyaknya mobilitas penduduk yang dialihkan di rumah sehubungan dengan adanya kebijakan Work From Home (WFH).

Di rumah, kalian ngapain aja hayoo?

Mungkin ada sebagian yang menghabiskan harinya di depan laptop, ada juga yang tidak lepas dari smartphone untuk belajar, bersosial media, atau menonton drakor, ada juga yang menghabiskan waktunya di depan televisi, dan biasanya nih para perempuan yang belajar masak, apalagi sekarang bulan Ramadhan. Karena itu, penggunaan energi listrik dan gas pun meningkat.

Kementrian ESDM mencatat adanya kenaikan konsumsi listrik rumah tangga hingga 3 persen selama WFH. Sedangkan PT Pertamina (persero) melaporkan adanya kenaikan konsumsi harian gas LPG subsidi atau gas 3kg sebesar 1 persen selama penyebaran virus corona. Kenaikan tersebut tercatat sebesar 22.117 metrik ton dari konsumsi normal sebesar 21.927 metrik ton.Selain itu, penggunaan air dalam rumah tangga juga mengalami peningkatan.

Nah, penggunaan energi yang berlebihan secara terus menerus ini bisa menyebabkan perubahan iklim yang berakibat pada kelestarian bumi.

Lalu, apa hubungannya penggunaan energi dengan perubahan iklim?


Climate Change atau perubahan iklim ini pada dasarnya merupakan peristiwa alami. Namun, akibat ulah manusia melepaskan sejumlah besar gas rumah kaca, salah satunya emisi gas karbondioksida, ke atmosfer sehingga menyebabkan kenaikan rata-rata temperatur bumi yang tidak wajar atau kita kenal dengan pemasanan global (global warming).

Penggunaan Energi dan Perubahan Iklim

Hal ini akan mempengaruhi ekosistem dan mengakibatkan kepunahan yang lebih cepat. Oleh karena itu, perubahan iklim menjadi ancaman serius bagi kelangsungan hidup, baik bagi manusia, fauna, maupun keanekaragaman hayati.

Dan tahukah kamu?

Indonesia memiliki potensi sebagai salah satu penghasil emisi karbon terbesar di Asia Pasifik. Hal ini disebabkan besarnya tingkat penggunaan energi berbahan bakar fosil, seperti minyak bumi, gas alam, batu bara, sebagai sumber tenaga listrik.

Sedangkan untuk saat ini, permintaan kebutuhan listrik semakin melonjak. Artinya, semakin banyak pula emisi karbon yang dilepaskan ke udara dan berpotensi memperparah pemanasan global.

Dikutip dari laman WWF, para ahli Perubahan Iklim mencatat kenaikan temperatur bumi telah mencapai 1,4 hingga 5,8 derajat Celcius daripada semestinya. Dan dikhawatirkan apabila dalam abad ini kenaikannya mencapai angka 2 derajat Celcius maka akan banyak terjadi kepunahan, terutama di daerah Kutub dan dan Tropis.

Mengerikan, bukan?

Untuk itu, marilah kita bijak dalam menggunakan energi yang ada di sekitar kita guna meminimalisir emisi gas karbon serta melestarikan bumi kita tercinta.


Beberapa Tips Bijak Dalam Menggunakan Energi


Beberapa upaya bisa Anda lakukan agar tetap bijak dalam menggunakan energi di tengah pandemi ini, sehingga bisa mengurangi dampak perubahan iklim dan pemanasan global.

1. Menggunakan Lampu Hemat Energi


Cara pertama yang bisa kamu lakukan untuk mengehemat energi adalah beralih ke lampu hemat energi atau lampu LED. Lampu LED dinilai mampu memberikan penerangan yang lebih tinggi dibandingkan lampu bohlam, namun bisa menghemat hingga 90 persen listrik di rumah kamu.

Banyak orang yang mengatakan bahwa lampu LED ini lebih mahal dari lampu biasa. Meskipun harga lampu LED cenderung lebih mahal ketimbang lampu bohlam, namun untuk usia lampu sendiri, LED lebih awet dan tahan lama.

2. Mengatur Penggunaan Listrik Rumah


Kami menghimbau untuk slalu menggunakan listrik seperlunya dan sesuaikan dengan kebutuhan, jika memang sudah tidak digunakan lagi, maka matikan semua peralatan elektronik tersebut. Peralatan elektronik yang kabelnya masih menancap meski sedang tidak digunakan, listrik akan tetap mengalir dan membuat tagihan listrik melonjak.

Dan disaat pandemi seperti ini, gunakan peralatan elektronik secara terjadwal guna meminimalisir penggunaan yang berlebihan. Misalnya, menonton televisi selama beberapa jam saja perhari atau memainkan smartphone beberapa jam saja perharinya. Carilah aktifitas lain yang tidak menggunakan listrik namun menyenangkan.

Apa kalian sudah menerapakan? Atau masih boros dalam menggunakan listrik?


3. Mendesain Rumah Dengan Ventilasi dan Penerangan Alami yang Cukup


Jika kamu ingin membangun sebuah rumah atau merenovasinya, buatlah sebuah desain rumah yang memiliki ventilasi dan penerangan alami yang cukup sehingga bisa menghemat energi atau bisa dikatakan sebagai rumah hemat energi.

Penggunaan ventilasi dapat membuat aliran udara dari luar bisa masuk ke dalam rumah, dan akan membuat sirkluasi udara di dalam rumah menjadi lebih baik, sehingga kamu bisa mengurangi penggunaan AC.

Kamu juga bisa membuat penerangan alami sehingga tidak perlu lampu pada siang hari, seperti mendesain jendela yang agak besar, di sekitar ruang tamu, kamar, dan kamar mandi. Ini akan bisa menghemat penggunaan listrik untuk menyalakan lampu pada siang hari.

4. Gunakan Air Secukupnya


Ketika kamu menggunakan air secara berlebihan atau menghamburkan air begitu saja, pernahkah kamu berpikir bahwa di daerah lain masih ada yang kesulitan mendapatkan air? entah itu karena kekeringan atau jarak yang harus mereka tempuh.

Kasus tersebut seharusnya membuat kita sadar betapa pentingnya air dalam kehidupan. Air termasuk dalam energi yang kita butuhkan sehari-hari. Oleh karena itu, gunakanlah air secukupnya saja.

5. Konsumsi Pangan Lokal


Jika kita mencintai dan konsumsi pangan lokal, maka kita turut berkontribusi dalam upaya mengurangi produksi emisi karbon dioksida  yang dihasilkan dari proses pengangkutan bahan makanan dari lokasi yang hanya bisa ditempuh dengan pesawat.

Kimberly Nicholas, Profesor dari Lund University Centre of Sustainability Studies di Swedia mengungkapkan bahwa kita harus bisa mengurangi emisi karbondioksida di akhir dekade mendatang. Oleh karena itu, selain membantu para petani lokal, kita juga membantu dalam mengurangi emisi gas karbon.

6. Meminimalisir Sampah


Sejak diberlakukannya PSBB dan larangan beraktifitas di luar rumah selama pandemi, menyebabkan penurunan sampah di lokasi publik dan komersil, namun peningkatan volume sampah terjadi di rumah tangga.

Hal itu tak lain disebabkan oleh melonjaknya aktifitas belanja online selama masa pandemi ini. Dan diprediksi akan terus naik seiring kebutuhan masyarakat yang meningkat, apalagi ini sudah mendekati lebaran.

Beberapa tips yang bisa kamu lakukan ketika belanja online demi mengurangi sampah:
  • Membuat Bucket List, sebelum belanja secara online, kamu harus membuat list barang apa saja yang akan kamu beli. Hal ini bertujuan agar tidak ada barang yang ketinggalan untuk kamu beli dan bisa meminimalisir sampah.
  • Membeli barang di satu toko, ketika kamu membeli beberapa barang, usahakan membeli di satu toko saja, ini akan menghemat proses pengemasan dan meminimalisir sampah.
  • Memilah Kemasan, kemasan atau wadah yang digunakan ketika kamu membeli barang bisa kamu pilah mana yang masih bisa digunakan dan mana yang harus dibuang.
Untuk penjelasan mengenai sampah nanti kita diskusikan dalam episode 4 tentang #SampahAncamanBumi.

Upaya Pemerintah Dalam Menahan Laju Perubahan Iklim


Dikutip dari dunia-energi.com, Arifin Tasrif, Mentri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan bahwa di tengah pandemi covid-19 pengembangan energi terbarukan tidak boleh berhenti. Bahkan, setelah pandemi berakhir, energi terbarukan akan memiliki peran lebih besar dalam penyediaan bagi masyarakat.

"Kita harus mempertimbangkan bahwa energi terbarukan akan memainkan peran kunci usai pandemi covid-19 untuk memastikan keamanan energi dalam jangka panjang," kata Arifin.

Pemerintah menghimbau kepada masyarakat untuk menggunakan energi yang ramah lingkungan yang ada disekitar mereka, seperti memanfaatkan energi matahari, angin, dan arus air.

Kamu bisa memanfaatkan matahari dengan membangun panel surya sebagai alternatif penggunaan energi listrik berbahan bakar fosil. Selain ramah lingkungan, ini juga menghemat pengeluaran kamu. Selain itu, kamu juga bisa memanfaatkan sinar matahari untuk menjemur pakain atau lainnya.

Kamu juga bisa memanfaatkan angin dan air untuk membangun pembangkit listrik tenaga angin dan air. Ini bisa menjadi terobosan penggunaan listrik yang ramah lingkungan.



Demikian Diskusi Santuy episode pertama kita mengenai Bijak Berenergi di Tengah Pandemi, semoga dengan adanya pembahasan ini bisa membuka hati para pembaca tentang betapa pentingnya penggunaan energi yang bijak serta dampaknya bagi bumi kita.

Referensi

  • https://tirto.id/kementerian-esdm-sebut-konsumsi-listrik-meningkat-3-selama-wfh-eKqd
  • https://www.antaranews.com/berita/1460979/pln-sebut-aktivitas-di-rumah-sebabkan-konsumsi-listrik-meningkat
  • https://www.liputan6.com/bisnis/read/4218377/selama-pandemi-corona-konsumsi-gas-3-kg-meningkat
  • https://www.dunia-energi.com/menteri-esdm-energi-baru-terbarukan-jadi-kunci-pemenuhan-energi-pasca-pandemi-corona/
Nantikan Diskusi Santuy episode kedua mengenai Air untuk Kehidupan, semoga bermanfaat.

Saya sudah berbagi pengalaman mengenai perubahan iklim. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog "Perubahan Iklim" yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN). Syaratnya, bisa kamu lihat di sini
Calon Blogger dan Internet Marketer Profesional

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar untuk kami
© NETPELAJAR. All rights reserved. Developed by Jago Desain